Suffragettes. Terdengar asing? Well, aku tidak akan heran. Karena kata-kata ini jarang dipakai sekarang setelah usia even bersejarah ini sudah mencapai 100 tahun. Dan keadaan dunia sudah berubah total dari saat event ini terjadi. Apa saja yang berubah? Rasanya sih secara prinsip dasar, kita malah mungkin lebih terbelakang dari 100 tahun lalu.
Pertama-tama, apa itu Suffragettes? Dari segi historinya, Suffragettes adalah gerakan yang bertujuan untuk membuat kesamarataan gender pada perempuan dalam hal politik. Well, kembali lagi ke politik, wajar saja, #2019 tahun politik.
Dimulai dari PD I, dimana ribuan laki-laki yang masuk militer kehilangan hak pilihnya. Hal ini memicu banyak aktivis hak perempuan kembali memperjuangkan akan kesempatan mereka untuk ikut menggunakan hak pilih. Ya, hak pilih dalam politik.
Sebelum Suffragettes, peran wanita dalam politik sangat dibatasi. Di Inggris pada 1916, ribuan pria dewasa yang ikut dalam PD I otomatis kehilangan hak pilih karena peraturannya adalah siapapun yang tidak berada di rumah tidak akan mendapat hak pilih. Sementara itu, wanita tidak diizinkan untuk memilih dalam politik.
Aktivis seperti Emmeline & Christobel Prankhurst termasuk yang terdepan dalam memimpin gerakan ini di Inggris, awal mula gerakan Suffragettes yang kemudian juga masuk ke US. Well, untuk singkatnya ada up & downs untuk gerakan ini.
Pandangan bahwa perempuan seharusnya tidak ikut-ikutan dalam “men’s world” tidak mudah dihilangkan. Winston Churchill salah satu yang paling menentang Suffragettes. Saat perempuan sudah mendapatkan haknya dalam politik pun, batasannya masih terlampau tinggi saat itu.
Beberapa contohnya adalah syarat bahwa hanya wanita diatas 30 tahun dan memiliki kediaman permanen sajalah yang diperbolehkan ikut dalam pemilu 1918. Kebijakan yang tidak menyentuh banyak kelas pekerja, yang mana adalah yang paling banyak. Baru satu dekade kemudian batasan umur diturunkan menjadi 21.
Contoh lain, di 1910 hak pilih untuk perempuan sebenarnya sudah bisa dilegalkan kalau saja tidak ditolak mentah-mentah oleh PM Inggris waktu itu. Yang mana ini membuat demonstrasi besar dan baru pada 1918 Suffragettes akhirnya membuahkan hasil.
Nah, posisi perempuan yang lebih rendah ini sebenarnya masih bisa kita lihat dimana-mana. Suffragettes membuat perubahan besar dalam hal politik, tapi di banyak aspek lain, masih banyak hal dasar yang hilang atas nama “kesamarataan hak gender”
The Chrysantemum Princess
Beberapa tahun lalu aku menulis juga tentang hal ini, dalam topik suksesi di kekaisaran Jepang. Seperti yang kita tahu, Kaisar Akihito akan turun tahta pada 2019 ini, dan biarpun siapa pewaris tahta sudah jelas, untuk generasi berikutnyalah problema muncul.
Jepang masih satu negara dimana hak untuk perempuan, dalam hal ini bisa dibilang hak politik juga sangat dibatasi karena perempuan masih tidak diperbolehkan untuk menduduki tahta kekaisaran. Yang jadi masalah adalah Kaisar Jepang selanjutnya, Naruhito hanya memiliki satu anak perempuan, Putri Aiko
Well, masalah tentang “hak perempuan” baik dalam politik maupun personal ini membawa kita ke topik selanjutnya.
Well, bagaimana dengan ngidolnya? Berkaitan dengan Suffragettes, yang ingin kubahas adalah tentang kasus yang menimpa NGT48 belakangan ini. Sebelumnya sudah kutulis sedikit -banyak- tentang ini, tapi ternyata kasusnya menggelinding. Snowballing.
Oke, aku tidak akan membicarakan tentang Love ban rules, karena sepertinya sudah terlalu sering kubahas soal ini di tiap artikel skandal. Sebelumnya aku mengatakan kalau semua hal ini lebih karena ketakutan yang berlebihan, sekarang mungkin berubah menjadi lebih serius.
Banyak media internasional pun mengangkat kasus ini, berbeda dengan saat Minegishi di 2012, kali ini efeknya jauh lebih kentara. Dari yang aku tahu, banyak sponsor NGT menarik diri, which is interesting how deep the scar is. It’s not going to healing anytime soon.
Karena hal ini sudah bisa dikatakan diluar kendali. Mengganti manajer tidak akan membuat kasusnya selesai. Media pun sepertinya masih belum bosan mengipasi kasus ini. And I sure didn’t catch how and where this case gonna keep going.
Maho Yamaguchi, a member of the Japanese pop group NGT48
Dark side of idol? Hell sure, surprise me then. Tapi karena belum ada titik terang tentang apa dan bagaimana yang sebenarnya terjadi, I don’t buy any “speculation” shits, tentang member A, B, C, atau Yamaguchi yang terlibat. Atau bagaimana manajemen meng-handle kasus ini. Mungkin tidak akan pernah kita tahu yang sebenarnya.
Well, bagaimana sepertinya dunia bersatu untuk menjatuhkan NGT mungkin bukan hal baru. Media yang memojokkan juga sepertinya baru kali ini kulihat, dan karena spekulasi tidak akan membantu, kemana arahnya mungkin layak ditunggu seperti debat capres.
Sehubungan dengan Yamaguchi, dan Suffragettes yang kubahas diatas, juga bagaimana posisi wanita di Jepang, it’s all complicated. Dia menjadi whistleblower dan posisinya entah akan membaik atau tidak, atau motif di balik semua ini.
Sejujurnya, aku tidak ingin membahas banyak tentang ini karena memang bukan bidang keahlianku. Hanya mengikuti kasus ini dari permukaan saja. Jadi, aku ingin tanya pada yang sudah lebih jauh mendalami, apa opini kalian?
Dan tentu aku mengharap balasan, karena bisa jadi ini adalah kasus yang akan menghantam semua idol Aki-P yang kita tahu, termasuk Sakamichi.
All images and videos used is credited to it’s respective owners
Pertama-tama, apa itu Suffragettes? Dari segi historinya, Suffragettes adalah gerakan yang bertujuan untuk membuat kesamarataan gender pada perempuan dalam hal politik. Well, kembali lagi ke politik, wajar saja, #2019 tahun politik.
Dimulai dari PD I, dimana ribuan laki-laki yang masuk militer kehilangan hak pilihnya. Hal ini memicu banyak aktivis hak perempuan kembali memperjuangkan akan kesempatan mereka untuk ikut menggunakan hak pilih. Ya, hak pilih dalam politik.
Sebelum Suffragettes, peran wanita dalam politik sangat dibatasi. Di Inggris pada 1916, ribuan pria dewasa yang ikut dalam PD I otomatis kehilangan hak pilih karena peraturannya adalah siapapun yang tidak berada di rumah tidak akan mendapat hak pilih. Sementara itu, wanita tidak diizinkan untuk memilih dalam politik.
Aktivis seperti Emmeline & Christobel Prankhurst termasuk yang terdepan dalam memimpin gerakan ini di Inggris, awal mula gerakan Suffragettes yang kemudian juga masuk ke US. Well, untuk singkatnya ada up & downs untuk gerakan ini.
Pandangan bahwa perempuan seharusnya tidak ikut-ikutan dalam “men’s world” tidak mudah dihilangkan. Winston Churchill salah satu yang paling menentang Suffragettes. Saat perempuan sudah mendapatkan haknya dalam politik pun, batasannya masih terlampau tinggi saat itu.
Beberapa contohnya adalah syarat bahwa hanya wanita diatas 30 tahun dan memiliki kediaman permanen sajalah yang diperbolehkan ikut dalam pemilu 1918. Kebijakan yang tidak menyentuh banyak kelas pekerja, yang mana adalah yang paling banyak. Baru satu dekade kemudian batasan umur diturunkan menjadi 21.
Contoh lain, di 1910 hak pilih untuk perempuan sebenarnya sudah bisa dilegalkan kalau saja tidak ditolak mentah-mentah oleh PM Inggris waktu itu. Yang mana ini membuat demonstrasi besar dan baru pada 1918 Suffragettes akhirnya membuahkan hasil.
Nah, posisi perempuan yang lebih rendah ini sebenarnya masih bisa kita lihat dimana-mana. Suffragettes membuat perubahan besar dalam hal politik, tapi di banyak aspek lain, masih banyak hal dasar yang hilang atas nama “kesamarataan hak gender”
The Chrysantemum Princess
Beberapa tahun lalu aku menulis juga tentang hal ini, dalam topik suksesi di kekaisaran Jepang. Seperti yang kita tahu, Kaisar Akihito akan turun tahta pada 2019 ini, dan biarpun siapa pewaris tahta sudah jelas, untuk generasi berikutnyalah problema muncul.
Jepang masih satu negara dimana hak untuk perempuan, dalam hal ini bisa dibilang hak politik juga sangat dibatasi karena perempuan masih tidak diperbolehkan untuk menduduki tahta kekaisaran. Yang jadi masalah adalah Kaisar Jepang selanjutnya, Naruhito hanya memiliki satu anak perempuan, Putri Aiko
Well, masalah tentang “hak perempuan” baik dalam politik maupun personal ini membawa kita ke topik selanjutnya.
Well, bagaimana dengan ngidolnya? Berkaitan dengan Suffragettes, yang ingin kubahas adalah tentang kasus yang menimpa NGT48 belakangan ini. Sebelumnya sudah kutulis sedikit -banyak- tentang ini, tapi ternyata kasusnya menggelinding. Snowballing.
Oke, aku tidak akan membicarakan tentang Love ban rules, karena sepertinya sudah terlalu sering kubahas soal ini di tiap artikel skandal. Sebelumnya aku mengatakan kalau semua hal ini lebih karena ketakutan yang berlebihan, sekarang mungkin berubah menjadi lebih serius.
Banyak media internasional pun mengangkat kasus ini, berbeda dengan saat Minegishi di 2012, kali ini efeknya jauh lebih kentara. Dari yang aku tahu, banyak sponsor NGT menarik diri, which is interesting how deep the scar is. It’s not going to healing anytime soon.
Karena hal ini sudah bisa dikatakan diluar kendali. Mengganti manajer tidak akan membuat kasusnya selesai. Media pun sepertinya masih belum bosan mengipasi kasus ini. And I sure didn’t catch how and where this case gonna keep going.
Maho Yamaguchi, a member of the Japanese pop group NGT48
Dark side of idol? Hell sure, surprise me then. Tapi karena belum ada titik terang tentang apa dan bagaimana yang sebenarnya terjadi, I don’t buy any “speculation” shits, tentang member A, B, C, atau Yamaguchi yang terlibat. Atau bagaimana manajemen meng-handle kasus ini. Mungkin tidak akan pernah kita tahu yang sebenarnya.
Well, bagaimana sepertinya dunia bersatu untuk menjatuhkan NGT mungkin bukan hal baru. Media yang memojokkan juga sepertinya baru kali ini kulihat, dan karena spekulasi tidak akan membantu, kemana arahnya mungkin layak ditunggu seperti debat capres.
Sehubungan dengan Yamaguchi, dan Suffragettes yang kubahas diatas, juga bagaimana posisi wanita di Jepang, it’s all complicated. Dia menjadi whistleblower dan posisinya entah akan membaik atau tidak, atau motif di balik semua ini.
Sejujurnya, aku tidak ingin membahas banyak tentang ini karena memang bukan bidang keahlianku. Hanya mengikuti kasus ini dari permukaan saja. Jadi, aku ingin tanya pada yang sudah lebih jauh mendalami, apa opini kalian?
Dan tentu aku mengharap balasan, karena bisa jadi ini adalah kasus yang akan menghantam semua idol Aki-P yang kita tahu, termasuk Sakamichi.
All images and videos used is credited to it’s respective owners